Masih Ada "Messi" di Banjarnegara - Tempo.co
TEMPO.CO - Gocekan bolanya cukup yahud. Larinya kencang bak rusa hutan. Lima pemain lawan dilewati hingga akhirnya…gooolll.
Julian "Messi" Supartono, 10 tahun, si pencetak gol itu, terlihat semringah. Baginya, bermain sepak bola tak bisa dibandingkan dengan apa pun. Di lapangan becek yang hampir tidak ditumbuhi rumput itu dia menemukan dunianya. “Daripada nonton film kartun, lebih baik main bola,” kata Julian, yang menyebut dirinya sebagai Messi, merujuk pemain sepak bola Barcelona, Lionel Messi, kemarin.
Julian adalah satu dari 341 pemain bola usia dini yang ikut berlatih di Sekolah Sepak Bola Gumiwang Muda di Desa Gumiwang, Kecamatan Purwonegoro, Kabupaten Banjarnegara. Sekolah bola yang didirikan pada 1999 itu seakan menjadi oasis di tengah padang gersang pengelolaan PSSI yang amburadul.
Seperti halnya Julian. Mimpinya sederhana, tapi besar, yakni menjadi Messi di generasi selanjutnya. Dia tak paham kekisruhan persepakbolaan nasional, bahkan tak tahu kepanjangan PSSI. “Kami mencoba mengajarkan bagaimana bermain bola dengan baik dan benar. Kalau teknik dasarnya sudah bagus, mereka bisa menjadi pemain bola besar,” kata Tri Agus Prasetijo, pelatih kepala Sekolah Sepak Bola Gumiwang Muda.
Tri Agus menjadi pelatih sejak sekolah itu didirikan. Ia dibantu empat asisten pelatih. Tri Agus adalah kakak kandung Bambang Pamungkas, yang kini membela Persija Jakarta, dan mantan andalan tim Garuda senior. Meski melatih di desa terpencil, dia tetap serius ingin menghasilkan pemain-pemain profesional.
Sekretaris Sekolah Sepak Bola Tarsono mengatakan pemain dibagi menjadi empat kelompok umur. “Dari enam tahun hingga 20 tahun,” katanya. Tarsono, yang sehari-hari bekerja sebagai tukang kebun SD Negeri Gumiwang IV, mengatakan pesertanya dari Banjarnegara dan daerah sekitarnya. Salah seorang peserta, Syafiq, 12 tahun, anak keturunan Maroko, juga tertarik mengikuti latihan di situ.
Iuran setiap bulan, kata Tarsono, sebesar Rp 25 ribu. Uang itu untuk membeli bola, jersey, dan kebutuhan lainnya. “Biasanya juga ada sumbangan dari masyarakat yang gila bola, yang senang melihat perkembangan anak-anak,” katanya.
Sumber
0 comments:
Post a Comment